Janda Bolong dan “Monkey Business” yang Hilir Mudik di Media Sosial

Tanaman Monstera atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan Janda Bolong, di waktu belakangan ini menjadi topik yang sangat populer.
Pasalnya, tanaman hias ini memiliki nilai jual yang sangat tinggi, bahkan ada yang mencapai kisaran harga Rp 250 juta untuk satu pot tanaman.
Seperti yang diketahui, harga Janda Bolong naik tajam karena jumlah permintaan yang begitu banyak tetapi tidak diimbangi dengan jumlah budidaya tanaman tersebut.
Tentu ada beberapa jenis dari tanaman Janda Bolong yang dihargai selangit, diantaranya Monstera Andasonii, Monstera Abliqua, dan Monstera Deliciosa.
Selain memang dijadikan sebagai tanaman hias, Janda Bolong ternyata memiliki manfaat lainnya dari sisi kesehatan. Salah satunya adalah tanaman ini dapat memperbaiki kualitas udara yang ada di dalam ruangan.
Namun, dibalik tingginya harga tanaman Janda Bolong ini diiringi oleh tulisan lama mengenai monkey business yang viral di media sosial.
Secara harfiah, istilah monkey business menitikberatkan pada istilah yang diambil dengan memperlihatkan sikap monyet yang ketika mendapatkan keuntungan seperti makanan kemudian dia akan lari atau kabur.
Dalam pengertian lain, monkey business dapat diartikan sebagai sebuah strategi bisnis yang bertujuan untuk merugikan orang lain dengan cara meningkatkan keuntungan bagi diri sendiri walaupun dengan penipuan.
Banyak warganet yang kemudian kembali menshare tulisan mengenai monkey business tersebut yang akhirnya menjadi viral.
Berikut cuplikan dari tulisan tersebut:
Suatu hari di sebuah desa, seorang yang kaya raya mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp. 50,000,- per ekor. Padahal monyet di sana sama sekali tak ada harganya karena jumlahnya yang banyak dan kerap dianggap sebagai hama pemakan tanaman buah-buahan.
Para penduduk desa yang menyadari bahwa banyak monyet disekitar desa pun kemudian mulai masuk hutan dan menangkapinya satu persatu.
Kemudian si Orang Kaya membeli ribuan ekor monyet dengan harga Rp 50,000,- . Karena penangkapan secara besar-besaran akhirnya monyet-monyet semakin sulit dicari, penduduk desa pun menghentikan usahanya untuk menangkapi monyet-monyet tersebut.
Maka si Orang Kaya pun sekali lagi kembali untuk mengumumkan akan membeli monyet dengan harga Rp 100,000 per ekor. Tentu saja hal ini memberi semangat dan “angin segar” bagi penduduk desa untuk kemudian mulai untuk menangkapi monyet lagi. Tak berapa lama, jumlah monyet pun semakin sedikit dari hari ke hari dan semakin sulit dicari, kemudian penduduk pun kembali ke aktifitas seperti biasanya, yaitu bertani.
Karena monyet kini telah langka, harga monyet pun meroket naik hingga Rp 150.000/ekornya. Tapi tetap saja monyet sudah sangat sulit dicari.
Sekali lagi si Orang Kaya mengumumkan kepada penduduk desa bahwa ia akan membeli monyet dengan harga Rp 500,000,- per ekor!
Namun, karena si Orang Kaya harus pergi ke kota karena urusan bisnis, Asisten pribadinya akan menggantikan sementara atas namanya.
Dengan tiada kehadiran si Orang Kaya, si Asisten pun berkata pada penduduk desa: “Lihatlah monyet-monyet yang ada di kurungan besar yang dikumpulkan oleh si orang kaya itu. Saya akan menjual monyet-monyet itu kepada kalian dengan harga Rp 350,000,- / ekor dan saat si Orang Kaya kembali, kalian bisa menjualnya kembali ke si Orang Kaya dengan harga Rp 500,000,-, Bagaimana?”
Akhirnya, penduduk desa pun mengumpulkan uang simpanan mereka, menjual aset bahkan kredit ke bank dan membeli semua monyet yang ada di kurungan.
Kemudian…
Mereka tak pernah lagi melihat si Orang Kaya maupun si Asisten di desa itu!
Selamat datang di Wall Street..
Inilah yang dikatakan orang “Monkey Bussiness”!
Hati-hati, jangan terjebak “Monkey Business”
Seperti ikan Arwana,
Seperti ikan Lohan,
Seperti batu Akik,
Seperti bunga Gelombang Cinta,
Seperti burung Love Bird,
Tokek,
Dan masih banyak lagi.
Strategi seperti ini biasanya dilengkapi juga dengan propaganda yang luar biasa dengan cara pameran-pameran, seminar-seminar dan event besar dengan harga-harga yang menggiurkan sehingga masyarakat banyak yang tertarik untuk ikut bermain di dalamnya, padahal di event itu aktornya adalah para orang-orang kapitalis yang bersandiwara untuk memikat masyarakat banyak. Jangan tergiur profit yang tidak masuk akal.
Incoming search terms:
- monkey business
- bunga monkey business
- Monkey business masker
- monkey bussiness tanaman hias
- monkey business janda bolong
- apakah tanaman hias masuk dalam strategi monkey business? nrsinly
- monkey bisnis monstera
- janda bolong monkey bisnis
- bisnis monyet tanaman
- Pohon Janda Bolong termahal