Kecanduan Game Online, Ratusan Anak Dilarikan ke Rumah Sakit Jiwa

Kecanduan Game Online, Ratusan Anak Dilarikan ke Rumah Sakit Jiwa

Kecanduan mengakses gadget pada anak-anak dan remaja semakin dalam tahap yang mengkhawatirkan. Kabar terbaru, banyak dari anak-anak usia 11-15 tahun terpaksa menjadi pasien di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Cisarua, Jawa Barat.

Rinciannya, sepanjang tahun 2020 ada 98 orang dan tahun 2021 bulan Januari dan Februari sudah ada 14 orang yang menjalani rawat jalan. Mereka kecanduan atau adiksi terhadap internet, termasuk game di ponsel.

Elly Marliyani selaku Direktur Utama RSJ Cisarua menyampaikan, “Januari dan Februari ini ada 14 orang yang sedang menjalani rawat jalan. Mereka murni gangguan adiksi gawai, jadi yang dominan itu kecanduan internet di antaranya adiksi games”.

Mengutip dari detikcom pada hari Selasa (16/3/2021) lalu, Elly mengatakan, “Adiksi internet yang besarnya, kemudian di dalamnya ada adiksi games”.

Sedangkan pada tahun 2019 pihaknya belum merinci data anak yang kecanduan gawai. Namun dari catatan yang ada, setiap bulannya di tahun 2019 ada belasan anak yang menjalani rawat jalan dengan berbagai kategori.

“Jadi 2019 itu belum ada data murni, gabungan itu sebulan ada 11-12 (pasien), katanya.

Sementara itu, Lina Budiyanti selaku Sub Spesialis Psikiater Anak dan Remaja RSJ Cisarua menambahkan bahwa mayoritas orang tua membawa anak-anaknya untuk diberikan perawatan karena mudah tersulut emosi apabila dilarang menggunakan ponsel.

Lina menuturkan, “Ketika dilarang langsung ekspresi emosinya sangat tinggi. Bisa melempar barang, bahkan bisa mengancam dengan senjata tajam kalau tidak dituruti permintaannya, seperti ponsel dan kuota”.

Ia juga menjelaskan bahwa faktor pandemi Covid-19 juga turut menyumbang kecanduan anak-anak terhadap gawai, pasalnya sejak setahun terakhir muncul kebijakan sekolah secara daring dan anak lebih banyak memegang ponsel.

“Sebagian yang datang ke kami, diperberat dengan kondisi ini (pandemi Covid-19). Jadi pandemi mereka tidak kemana-mana. Orang tua awalnya memberikan kelonggaran, karena berpikir kalau enggak main game, mau nagapin. Awalnya dari situ, tapi lama-lama pemakaian enggak terkendali, akhirnya jadi adiksi,” pungkasnya.

Tags: , ,